Cigarette
Sunghoon mengeluarkan asap rokok dari mulutnya dengan frustasi. Ia sudah capek menjadi harapan semua orang. Ia sudah lelah ditekan sana-sini. Untuk hari ini, dia hanya ingin melampiaskannya dengan merokok.
“Wow, gue gatau Park Sunghoon, ketua OSIS sekaligus murid teladan kesayangan para guru bisa ngerokok juga,”
Sunghoon menoleh, mendapati Soeun, salah satu teman sekelasnya berdiri didepannya. Menghalangi sinar matahari yang tadi menyengatnya.
“Kalau Lo mau ngelaporin gue ke guru lapor aja,” kata pemuda itu pelan.
“Dih siapa bilang, orang gue mau minta rokok lu,” kata Soeun lalu duduk disamping cowok itu, mengambil rokoknya, lalu mulai menghisapnya dalam. Setelahnya ia menyandarkan dirinya di tembok dan ikut menghembuskan asap rokoknya.
“Lo ngerokok?” Tanya Sunghoon, cukup kaget karena cewek ini walaupun tak terlihat seperti cewek alim dia sepertinya tidak juga se bar-bar itu.
Soeun mengangguk pelan. Kembali menghisap rokok ditangannya.
“Tapi Lo cewek,” kata Sunghoon lagi.
“Gaada yang bilang gue cowok,” ucap Soeun pelan.
“Sejak kapan?” Tanya cowok itu lagi, tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
“Kelas 10 kayanya,” ucap Soeun lagi. Cowok itu mengangguk paham, berhenti bertanya. Lalu mengambil kembali rokoknya. Mulai menghisapnya dalam lagi.
Selama lima menit, yang mereka lakukan adalah menghabiskan satu batang rokok berdua, mengoper-oper linting ditangan. Mencoba saling memahami melalui sebatang rokok.
Tepat ketika Sunghoon menghembuskan asap rokoknya yang terakhir, ia membuang sisa puntung rokok tersebut lalu menginjaknya.
Soeun hanya menoleh sebentar, lalu menghadap kedepan lagi. Mereka saling diam selama beberapa menit, hanya menikmati hembusan angin dibelakang sekolah itu.
“Btw Eun, kita tadi tuker-tukeran rokok, kita secara ga langsung ciuman dong?” Kata Sunghoon iseng.
Soeun menoleh pada pemuda itu disampingnya, “yaudah, sih, kenapa emang kalau kita indirect kiss?” tanyanya tak peduli.
“Daripada kita indirect kiss, kenapa ga kiss beneran aja?” Ucap cowok itu. Soeun terdiam.
“Wow, Sunghoon kita kayanya baru ngobrol sekarang even kita udah sekelas setahun, dan Lo ngajak gue ciuman di konversasi pertama kita? Segampang itu?” Tanya Soeun terkekeh.
Sunghoon mengendikkan bahunya, “kenapa engga?”
“Ga sih, penasaran aja reaksi guru-guru kalau mereka tau murid kesayangannya kayak gini,” ucap Soeun sambil menjalankan tangannya dari atas kepala Sunghoon, lalu berhenti dipipinya.
“Emang Lo kayak gimana?” Ucap Sunghoon lagi, memandang tepat kemata Soeun.
“Ya gini, gue kan cewek paling ga keliatan di sekolah,” jawab Soeun.
“Ya terus kenapa? Apa salahnya kalau gue mau kita kissing Park Soeun?” Tanya Sunghoon dengan suara rendah, memegang tangan Soeun yang sejak tadi bertengger di pipinya.
Setelah memandang Sunghoon cukup lama, Soeun berucap, “tapi Lo ganteng, sih. Ayo ciuman Hoon,” ucap Soeun tersenyum kecil.
“Wait.,” ucap Soeun lagi, memutus kontak mata mereka berdua. Ia kemudian merogoh kantung seragamnya, terlihat mencari sesuatu.
“Lo ngapain?” ujar Sunghoon heran.
Soeun merogoh kantong roknya lalu mengeluarkan sebuah permen kiss warna merah.
“Biar lebih enak,”
Sunghoon tersenyum senang.
Then, just like that, they share kisses for the first time. The sound of clicking tongues filled the quiet back of the school. They enjoyed the moment. Because, for the second time in the same day, they feel calm, also safe.
It was as if, when they shared cigarettes and kisses, the problems they faced were momentarily forgotten.
Sunghoon melepas ciumannya, dengan dahi yang hampir menempel. Setelahnya, ia mengelap bibir Soeun dengan ibu jarinya.
“Thank you,” katanya.
Soeun tersenyum, “you're welcome” After that Soeun moved her face slightly, continuing their kissing session.
. . . . . . . .
—fin