Everyday

ENHYPEN Sunghoon as Kai WEEEKLY Soeun as Kay

Direkomendasikan sambil dengar lagu Everyday-nya Standing Egg

Kay mengatur napasnya yang sudah terengah-engah. Kelelahan setelah berlari 7 kali memutari taman yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Disampingnya ada Kai yang ikut mengusap keringatnya menggunakan handuk kecil yang sejak tadi berada di tangannya.

“Mau istrahat sekarang?” Tanya Kai menyadari Kay yang sudah kelelahan.

Kay menggeleng. Meminta satu putaran lagi, hanya berjalan kecil, sebelum akhirnya mereka benar-benar beristrahat. Kai mengiyakan, ia juga masih menginginkan satu putaran.

Lima menit pertama hening masih mewarnai keduanya. Masih sibuk mengatur pernapasan masing-masing sambil berjalan menyusuri taman yang cukup ramai disore itu.

“Lu inget ga Kay pas kita pertama kali ketemu?” tanya Kai tiba-tiba.

Kay tertawa sebelum menjawab, “Ingetlah, kan waktu itu kita tengkar soal siapa yang sebenarnya dipanggil sama Aji,”

Kai terkekeh mengiyakan, “Padahal Aji manggilnya gue, lo yang kegeeran,” katanya.

“Ya siapa suruh pengucapan nama lu sama nama gue sama,” gerutu Kay.

“Ya tanya ke Bunda gue, lah!” ujar Kai.

Kay mencibir lalu mempercepat langkahnya meninggalkan Kai yang tertawa keras.

Nama panggilan mereka memang mirip, Kai dan Kay, hanya berbeda satu huruf walaupun pengucapannya persis.

Mereka sempat berada di hubungan yang buruk selama SMA karena hal tersebut, sebelum akhirnya Kai pindah disamping rumah Kay dan mereka jadi dekat karena sama-sama suka olahraga.

Sejak itu mereka menjadi cukup akrab dan jadi menghabiskan setiap sore bersama, dengan taman komplek serta mentari yang hampir terbenam menjadi saksi tawa mereka.

“Kay!” seru Kai sambil ikut mempercepat langkahnya menyusul Kay yang sudah cukup jauh di depan.

“Kesana yuk, gue belum pernah,” ajak Kai sambil menggenggam tangan Kay yang menggantung menuju ke hamparan dandellion yang letaknya agak jauh di timur taman itu.

Kay menurut saja, “Emang lu belum pernah kesana?” tanyanya yang dibalas dengan gelengan oleh Kai.

“Lu udah tinggal disini enam bulan tapi belum pernah kesana?” tanya Kay.

Kai mengangguk.

“Aneh banget deh lo, padahal kita tiap hari kesini,” kata Kay.

“Ya emang gitu,” tanggap Kai pelan sambil mengendikkan bahu.

Mereka kemudian duduk di dekat hamparan dandellion yang tak terlalu luas itu sambil menghadap sang surya yang sebentar lagi sepertinya akan hilang ditelan malam.

“Kay, kalau gue suka sama lo gimana?” ucap Kai tiba-tiba.

“Ya gak gimana-gimana. Emang gue harus gimana?” jawab Kay pelan.

“Yaa, lo gak mau jadi pacar gue gitu?” ujar Kai lagi, kali ini terdengar agak kesal.

“Emang lo ngajak pacaran?” tanya Kay heran sambil menoleh kearah Kai yang menatap kesal kearahnya.

“Ck, iya juga, ya,” kata Kai cemberut. Kay tersenyum lalu kembali memandang langit di depannya.

Keduanya kembali diam selama beberapa saat sebelum akhirnya Kai membuka suara lagi.

“Kay, I wanna love you in my everyday. So, will you be my everyday?” ucap Kai pelan yang entah kenapa membuat Kay sedikit berdesir.

Gadis itu menoleh kekanan menghadap Kai yang ternyata sedang menatapnya lembut. Kay makin deg-degan dibuatnya.

Kay kemudian menatap jahil, “Kan ini udah tiap hari sama-sama. Mau jadi everyday gimana lagi?” tanyanya.

Kai mendesah frustasi, merutuk sebal pada Kay yang merusak momen yang harusnya romantis itu.

“Ish, tau ah terserah lo aja,” ucap Kai lalu menghadap kearah depan. Ceritanya marah pada Kay.

Gadis berponi rata itu malah tertawa keras, menertawai Kai yang terlihat lucu kalau sedang kesal begitu. Sementara Kai malah terpana. Ia selalu lemah pada tawa gadis Azkayla itu. Terlalu indah.

“Kalau gue mau bakal dikasih es krim tiap hari ga?” tanya Kay dengan sisa-sisa tawanya.

Sementara pemuda dengan headband berwarna hitam itu kembali mendengus kesal mendengar pertanyaan gadis itu. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk berdiri namun tangannya malah ditahan.

“Iya ih gue mau, ngambekan banget kenapa deh,” cibir yang lebih tua dua bulan itu.

“Mau jadi pacar gue?” tanya Kai memastikan dengan sebelah alis terangkat.

“Dibeliin es krim tiap hari,” jawab gadis itu dengan sengaja. Begitu menangkap gelagat kalau pemuda itu ingin beranjak lagi ia buru-buru menambahkan, “Ya jadi pacar lo lah, emang lo ngajak gue apaan?” kata Kay.

Kai tersenyum cerah.

Yes gitu dong dari tadi. Ayo beli eskrim terus pulang,” kata Kai riang sambil menarik tangan Kay untuk berdiri. Setelahnya merangkulnya erat.

Ah, kalau tau hatinya akan menjadi seriang dan seringan ini harusnya Kai nyatakan dari dulu saja. Ah, tak apa deh. Yang penting sekarang Kay resmi menjadi everyday Kai. . . . . . . . . . . . . . 08232021