“Kamu kenapa ketawa gitu?” Ucap Arya pada Manda yang tertawa sambil melihat handphone ditangannya.

“Ini mba Nadeen cerita Cal minta kado hari anak adek baru, ada-ada aja,” ucap Manda lalu tertawa lagi.

Mendengarnya, Arya ikutan tertawa. “Kamu mau juga?” ucapnya.

“Mulai deh,” ucap Manda sinis. Arya hanya tertawa lalu memeluk Manda disampingnya.

“Eh tapi aku ada hadiah tau buat kamu,” kata Manda lagi. Arya melepas pelukannya, raut wajahnya terlihat bingung. “Aku?” Manda mengangguk antusias.

“Tutup mata dulu,” ucap Manda. Meskipun heran, Arya menurut menutup matanya, menunggu sesuatu terjadi.

“Sekarang buka,” perintah Manda. Arya mengernyit heran, “Udah? Kok cepet banget?” katanya.

“Iya, udah selesai ih. Sekarang buka mata,” ucap perempuan itu lagi. Arya pelan-pelan membuka kedua matanya. Penasaran dengan hadiah yang dimaksud Manda.

“Tadaaaa!” Ucap Manda. Arya terdiam, masih mencerna situasi.

“Sayang, ini beneran?” Tanya laki-laki itu, menatap testpack ditangan Manda. Manda mengangguk antusias.

“Beneran, kemarin aku udah cek ke dokter juga buat mastiin. Udah dua Minggu,” ucap Manda. Arya terkejut tentu saja, ingin marah karena istrinya pergi sendiri, tapi ingat dia kemarin masih di luar kota. Lagipula, mending dia merayakannya dulu kan?

“Makasih sayang,” ucap Arya tulus, lalu memeluk Manda erat. “Makasih udah mau jadi Mami dari anak-anak aku,” ucapnya lagi. Airmatanya sudah hampir turun.

Manda juga ikutan terharu, airmatanya ikut keluar sedikit.

“Dih, Mami sama Papi ngapain pelukan gitu? Kayak teletubbies aja,” suara cempreng itu menginterupsi kegiatan mereka.

Keduanya menoleh, mendapati Io, anaknya, menatap kesal pada kedua orangtuanya.

“Emang kenapa kalau Papi mau meluk Mami? Kan Mami punya Papi,” ucap Arya usil.

Jagoan kecil itu mengerucutkan bibirnya, “No! Mami punya Io, Papi jauh-jauh sana!” ucapnya sambil berlari ke arah Manda, memeluknya erat.

“Loh kan bener Mami punya Papi,” ucap Manda ikutan usil.

“Noooo! Mami cuma punya Io. Idel tuh yang punya Papi,” ucapnya tanpa melepas pelukannya pada tubuh Manda. Manda hanya tertawa mendengar ucapan anaknya.

“Lah, Idel mana Yo?” Tanya Arya, sadar anaknya yang satu lagi ga kelihatan.

“Tadi ketiduran pas main lego. Payah banget emang Idel,” ucap Io.

“Io ga boleh gitu sama Idel, kan Idel saudaranya Io, jadi harus dijaga,” ucap Manda.

“Gausah dijaga juga Idel juga bisa jaga diri tau Mami. Kemarin aja pas ada yang gangguin Idel langsung dipukul kepalanya, nangis deh. Kasian, tapi siapa suruh ganggu monster laut kaya Idel,” ucap Io panjang lebar.

“Hah? Idel mukulin orang lagi?” Tanya Manda, agak kaget karena akhir-akhir ini Idel ga pernah mukulin anak orang lagi.

“Iyaaa, gara-gara anak nakal itu mau ambil mainan Io, terus Idel marah, katanya yang boleh gangguin Io cuma Idel, terus ditantangin, terus akhirnya Idel pukul kepalanya, dia nangis deh. Mampus,” kata Io.

“Eh, Io gaboleh ngomong mampus, siapa yang ngajarin?” tanya Arya.

“Idel,” jawab Io tenang. Arya memijit kepalanya lagi. Idel itu, meskipun perempuan, nakalnya kadang ngalahin Io yang cowok.

“Itu tuh tandanya Idel sayang sama Io, karena Idel mukulin yang mau ganggu Io,” kata Manda.

“Tapi kan kata Papi ga boleh mukul orang,” ucap Io sangsi.

“Boleh, kalau kita diganggu. Masa diganggu kita diem doang,” ucap Manda. Arya tambah pusing.

“Hueeee, Papiii~~”

“Eh itu Idel bangun, Io samperin gih. Ajak kesini Idelnya,” kata Arya pada anaknya.

“Gamauu. Io masih mau meluk Mami, Papi aja yang nyamperin Idel,” ucap Io.

Arya akhirnya beranjak, menuju ke ruang bermain anak-anak nya. Menggendong Idel ke ruang tengah tempat mereka berkumpul tadi.

“Idel kemarin habis mukulin orang ya?” tanya Arya pelan begitu ia dan Idel sudah sampai di ruang tengah.

Idel mengerjap-ngerjapkan matanya, “iya, habisnya dia nakal mau ambil mainan Io. Mana Io juga diem-diem aja lagi, kan gemes,”

“Gemes?” Tanya Arya mengerutkan keningnya bingung.

“Iya gemes pengen mukul,” jawab Idel tenang lalu menyandarkan kepalanya di dada sang Papi.

“Oh iya, Mami sama Papi ada kabar gembira buat kalian,” ucap Manda mengalihkan atensi kedua anak kembarnya.

“Apa Mi, Io sama Idel mau dibeliin mainan baru?” tanya Idel.

“Atau buku baru? Pensil warna baru? Baju baru?” Tanya Io lagi lebih antusias.

Manda menggeleng, “bukan, sebentar lagi kalian akan punya adek bayiii! Yeay, seneng ga?” ucap Manda antusias.

Keadaan seketika hening, Io dan Idel kompak terlihat bingung.

“Mami, adek bayi itu mainan jenis apa?” Celetuk Io.

Arya menepuk jidat. “Adek bayi itu, anak kecil, nanti adek kecilnya keluar dari perut Mami, terus jadi saudara Io dan Idel,” ucapnya.

“Nanti adek bayinya jadi kaya Io?” tanya Idel sinis.

Manda mengangguk, “iya! Idel suka ga?” tanyanya.

“IDEL GA MAU ADEK BAYIIIII!!!” Teriak Idel tiba-tiba. Setelah itu, Idel menangis keras.

Arya yang sedang menggendong Idel langsung menenangkan anak pertamanya itu. Beruntung, Idel cepat diamnya, meskipun masih meringis sedikit.

“Kenapa Idel ga mau adik bayi?” Tanya Arya pelan.

“Nanti Idel jadi orang jahat Pi, Idel gamau jadi orang jahat. Kata Bu guru Idel di TK, kalau jahat ga boleh makan permen sama coklat,” jawab Idel sambil sesenggukan.

“Kok bisa jadi orang jahat?” Tanya Manda heran.

“Iyalah, nanti kalau adek bayinya jadi kaya Io, berarti Idel harus mukulin banyak orang yang mau gangguin Io sama adek bayi dong Mi? Kan kata Papi ga boleh mukul orang,” ucap Idel lagi.

Arya dan Manda yang mendengarnya tersenyum. Ucapan anak 4 tahun itu terdengar sangat lucu ditelinga keduanya.

“Idel, mukulin orang emang ga boleh kalau ga punya alasan. Tapi, kalau Idel belain Io atau adek nanti, itu ga salah. Asal ga kelewatan,” ucap Arya lembut.

“Jadi Idel ga bakal jadi orang jahat Pi?” Arya mengangguk.

“YEAY IDEL BISA MAKAN PERMEN SAMA COKLAT YANG BANYAK!!” Teriaknya senang.

“Io juga mau permen Mi,” rengek Io pada Manda.

“Iya, sebentar kita beli permen yang banyak ya,” ucap Manda. Kedua anaknya mengangguk senang.

“Jadi gimana? Seneng ga mau punya adek bayi?” Tanya Arya.

“Seneng Pi, nanti Io ajak main mobil-mobilan, ajak main lego, ajak mewarnai,” ucap Io senang.

“Noooo, nanti adek bayi main sama Idel,” ucap Idel sinis.

“Main sama Io!”

“Main sama Idel!”

“Io!”

“Idel!”

“Stop! Nanti adek bayinya main sama kalian berdua kok,” ucap Manda.

“Tapi bakal lebih serin main sama Io kan Mi?”

“Sama Idel kan Mi?”

“Kalau tengkar lagi entar ga jadi beli permen,” ancam Maminya.

Idel dan Io melengos, mengerucutkan bibirnya. Ancaman ga jadi beli permen terlalu mengerikan.

“Mami, adek bayi nanti boleh dikasih makan mainan masak-masak nya Idel ga?” Tanya Idel tiba-tiba.

“Ya enggak boleh lah, kan itu ga boleh dimakan,” jawab Manda.

Idel melengos lagi, “padahal Idel udah rencana ngasih makan adek mainannya Idel,”

Oke, ingatkan Manda untuk membuang mainan plastisin Idel setelah ini.

. [050521]