Kangen
“Kok kamu beneran datang sih?” Wajah Jay langsung menurun mendengar sapaan yang diucapkan Arin begitu pacarnya itu membukakan pintu.
“Kok bilangnya gitu sih?” Kata Jay, nadanya kesal tapi tetap masuk ke apartemen Arin.
“Kan udah malam, terus hujan gini, ada ada aja kamu ih,” jawab Arin.
“Kan kakak kangen aku katanya,” ucap yang lebih muda lalu duduk di sofa.
“Ya tapi masa langsung datang kaya gini? Bulol banget deh,” kata Arin lalu mendudukkan dirinya disamping Jay.
Jay memutar matanya mendengar jawaban itu, “Terserah,”
“Kak aku bawa mi soto tau,” ucap Jay random.
“Buat apa?” Tanya Arin heran. Jay bukan orang yang suka random ngajakin makan malam malam gini soalnya. Biasanya dia paling lambat jam 7 udah makan malam. Apalagi ini mi instan, dia biasanya ga suka ginian. Suka ngelarang Arin buat makan juga, katanya ga sehat.
“Ya buat dimakan lah, temen-temenku suka cerita katanya makan mi malam-malam apalagi pas hujan tuh enak banget. Aku jadi pengen nyobain,” jawabnya.
“Tumben banget, biasanya aku ajakin makan jam delapan aja udah ga mau. Ini udah mau jam 11 loh, apalagi ini mi instan,” kata Arin lagi, masih ga yakin dia tuh.
“Beneran aku kak, tapi karena coba-coba aja aku cuma beli satu. Takut ga abis. Isi kulkas kamu masih banyak kan? Aku mau campur sayur biar seimbang, bukan mi doang,” kata Jay lagi. Kali ini sudah berdiri, berjalan menuju konter.
Arin memijit pelan keningnya, pacar brondinya ini memang pintar masak. Makanya walau sering dilarang makan sembarangan Arin manut-manut aja karena sebagai gantinya Jay akan memasakkannya masakan masakan yang super duper enak.
Namun ia tak menyangka kalau makan mi instan pun harus dicampur sayuran. Arin yang kalau makan mi instan air rebusannya aja ga diganti can't relate. Her boyfriend is really something.
Arin duduk memperhatikan punggung Jay yang kelihatan sibuk berkutat dengan masakannya yang sebenarnya cuma sebungkus mi soto.
Sumpah, dari banyak alasan Arin jatuh cinta pada Jay, Jay yang lagi masak seperti ini menurutnya versi Jay yang paling seksi. And Arin can't help but falling for Jay even more.
“Nih udah jadi, cakep kan tampilannya?” Arin tersadar dari lamunannya begitu Jay menyodorkan mangkok yang berukuran agak besar di depannya.
“Cakep banget, rasanya cakep ga nih?” Tanya gadis itu menggoda Jay sambil mengambil air untuk mereka berdua.
“Cakep lah, yang masak aja cakep,” jawab yang lebih muda. Arin tertawa.
Setelahnya mereka makan dalam diam. Sesekali Arin memuji masakan Jay—yang sebenarnya cuma mi soto—hingga cowok itu tersipu malu.
Selesai makan, Arin segera membereskan bekas mereka. Sementara Jay kembali ke sofa, menyalakan tv sambil memilih film di netflix.
“Mau netflix-an?” Tanya Arin melihat Jay yang sedang memilih film.
Yang ditanya mengangguk. “Habis makan ngantuk aku ilang,” Arin mengangguk-angguk pelan.
Jay menepuk pahanya, memberi kode pada Arin yang masih berdiri. Arin mengangkat sebelah alisnya bertanya.
“Katanya kangen paha aku, ayo sini baring,” kata Jay.
Arin sumringah, bodo amat baru selesai makan, ia langsung membaringkan kepalanya di paha Jay—yang demi Neptunus—sangat nyaman.
Mereka akhirnya nonton Spongebob the Movie dengan posisi yang masih sama, dengan tangan Jay yang mengusap pelan kepala dan rambut Arin. Sesekali mengecupnya pelan. Mereka berdua larut dalam tawa yang disajikan film di depannya.
Begitu credit film telah ditampilkan, Jay merasakan nafas Arin yang teratur. Rupanya pacarnya itu sudah lelap.
Dengan hati-hati ia membawa perempuan itu ke kamarnya. Menaikkan selimutnya sampai batas leher, lalu mengecup lama puncak kepalanya.
“Sleep well Kakak sayang, aku pulang dulu ya,” setelahnya ia mematikan lampu dan tv, memastikan semuanya aman sebelum melangkah keluar apartemen milik kakak cantiknya.
Tak lupa menuliskan post it yang ditaruh di meja samping ranjang pacarnya.
Jay tersenyum senang. Memiliki Arin dikehidupannya benar-benar suatu kesyukuran. Karena itu, semesta, Jay mohon, biarkan kami berdua terus bahagia.
. . . . . . . . . . . . —fin