Very Very Very
Jocelyn punya daftar hal-hal yang tidak disukainya. Baik hewan, benda, kejadian, atau orang disekitarnya sekalipun.
Di bagian paling atas ada kucing, ia alergi. Dan alerginya pada bulu kucing pernah hampir membuatnya pingsan ditengah perlombaan debat kelas 10 dulu.
Sampai kemarin, ada tiba-tiba mens ketika ditempat umum di daftar terbawah. Namun hari ini, sepertinya Jocelyn harus menambah satu daftar lagi. Jonathan.
Pemuda yang entah bagaimana tiba-tiba muncul dikehidupannya dan mengacak-acak hidup Jocelyn yang tertata rapi. Menjadi tetangga Jonathan sejak libur semester saja sudah membuat kepalanya hampir pecah.
Semester ini, Jonathan malah pindah ke sekolah Jocelyn. Padahal kalau mau, Jonathan bisa kesekolah swasta mahal dibanding sekolah Negeri tempat Jocelyn bersekolah.
Yang paling menyebalkan, Jonathan tidak memanggil nama Jocelyn dengan pantas. Ia malah memanggil gadis itu dengan, “Lilin!” yang demi Neptunus terdengar sangat aneh.
Saat ditanya kenapa, Jonathan dengan cuek menjawab, “Gue dipanggil Jo juga, ntar bingung.” Padahal Jocelyn yakin kalau Jonathan sialan itu dipanggil Nathan oleh kakak perempuannya.
“Lilin temenin keliling kompleks dong!”
“Lilin ayo temenin gue mancing!”
“Lilin gue ikutan judo bareng Lo ya!”
“Lilin mamah gue ga masak bikinin gue mi dong!”
“Lilin ayo temenin gue nonton, ada film bagus di bioskop!”
Jocelyn sudah lelah dengan semua seruan Jonathan dihari-hari liburnya. Kenapa sekarang dia harus satu sekolah sama pemuda itu sih?
Menyebalkannya lagi, Jonathan betulan mengikuti semua kegiatan yang diikuti Jocelyn. Cukup, Jocelyn tidak tahan lagi. Jocelyn harus mengungkapkan kekesalannya pada Jonathan kali ini.
“Nath, Lo itu kenapa sih?” ujar Jocelyn kesal. Ia memandang sinis pada Jonathan yang tengah makan bakso di depannya. Iya, mereka lagi dikantin.
“Gue kenapa?” tanya pemuda itu balik, terlihat cuek.
“Ya Lo ngapain ngikutin gue mulu, sih? Kaya gaada kegiatan lain aja?” ucap gadis itu kesal.
“Ya kan gue emang gada kegiatan lain Lin,” jawabnya lempeng. Jocelyn tambah kesal.
“Ck, seenggaknya jangan ngikutin gue mulu kek, gue risih!” tegas gadis itu.
“Lo tuh ga paham apa pura-pura bego sih Lin? Gue kan ngikutin lu karna gue suka sama lu? Ga nyadar emang?” Kata pemuda itu menatap tajam kearah Jocelyn.
Jocelyn membeku sesaat sebelum memukulkan alisnya tajam, “Lo tuh serius dikit bisa ga sih Nath?!” Sepertinya ia sudah berada dipuncak kesabarannya.
“Gue kurang serius apa sih Lin? Emang gue pernah becandain lu?” Tanya Jonathan, mulai terlihat kesal juga.
“Ya emang lu becanda mulu,” balas Jocelyn tajam.
Jonathan menghela napas, “iya juga sih. Tapi tentang gue suka sama lu itu beneran Liliin, terserah deh lu mau percaya apa kaga,” ucap Jonathan mengedikkan bahunya.
Jocelyn mendengus, lalu bangkit dari duduknya sambil menggumam, “dasar cowok ga jelas!”
Ck, dipikir Jocelyn percaya pada omongan tidak jelas Jonathan. Ia ingat ibunya pernah bilang, kalau laki-laki memang begitu, ia akan bilang suka meskipun belum benar-benar suka. Jadi Jocelyn harus hati-hati.
Jadi, jantung tolong berdetak begitu kencang. Omongan Jonathan itu hanya pemanis mulut saja. Rapal Jocelyn tak berhenti.
.